Cinta dan Luka...
Kadang aku bertanya-tanya mengapa dua kata ini terasa sangat berpengaruh pada kehidupan manusia. Banyak yang mengatakan hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga, sedangkan di sisi lain cinta terlalu sering menimbulkan luka. Lalu spesifikasi taman tak berbunga seperti apa yang dimaksud dalam ungkapan tersebut?
'Jika kau memutuskan tuk jatuh cinta, maka bersiaplah dengan konsekuensi luka'
Sering juga kudengar ungkapan semacam ini, dan realitanya masih banyak orang di sekitarku memilih tuk tetap jatuh cinta, termasuk juga -aku- salah satunya. Lalu diam-diam aku mulai merasa bahwa ungkapan itu juga ada benarnya. Memang saat kita memilih tuk jatuh cinta, berarti kita telah menjatuhkan sebuah pilihan di mana pada pilihan itu selalu ada konsekuensi yang harus kita hadapi, yaitu luka. Ini seperti sesuatu yang saling berhubungan dan terus berhubungan.
'Cinta malah menjadi jalan termulus menuju nafsu kemaksiatan'
Lalu secara tiba-tiba aku terhenyak pada pernyataan yang satu ini. Pernyataan demikian sudah tak asing terdengar, biasanya hal demikian kerap diucapkan oleh orang-orang tua dalam menyikapi cara anak muda memaknai arti cinta sebenarnya. Kadang kupikir banyak kebenaran dari ungkapan tersebut. Pada jaman ini, sudah banyak sekali anak usia remaja yang salah paham dalam memaknai cinta. Banyak dari mereka menggunakan status yang biasa disebut 'pacaran' dalam mengikat rasa cinta di antara mereka. Lalu, dengan status tersebut mereka menganggap hubungan mereka telah tak berbeda jauh dengan hubungan suami-isteri. Melakukan hal di luar batas kewajaran dan menghilangkan pembatas antara yang halal dan yang haram.
Jika demikian, kurasa amat sulit memaknai arti cinta yang sebenarnya.
'Cinta sebelum menikah akan mendatangkan rasa bosan, tapi cinta setelah menikah akan tumbuh terus tanpa rasa bosan'
Dalam kutipan yang pernah kubaca di salah satu website ini, aku menangkap dua pertanyaan yang maknanya saling bertolak belakang.
Pernah pada suatu waktu, seorang teman bercerita padaku tentang kekasih yang telah lebih dari setahun bersamanya. Namun, saat itu dia datang berkata bahwa dirinya merasa bosan dan jenuh dengan cintanya. Aku bingung pada pernyataannya, kenapa cinta telah terjalin dalam waktu yang begitu lama begitu mudahnya menimbulkan rasa bosan?
Lalu, setelah berkata demikian, temanku tadi melanjutkan ceritanya bahwa dia sedang jatuh cinta pada orang lain. Ini yang membuatku lebih terkejut lagi. Dan puncaknya, dia berkata bahwa dia jatuh cinta pada orang yang juga tahu bahwa dirinya telah memiliki seorang yang berstatus sebagai 'pacar'nya. Dia bilang bahwa mereka saling mencintai, bahkan dia juga bercerita bahwa dia akan segera memutuskan kekasihnya. Aku benar-benar dibuat terperangah olehnya, bukan tentang ketegaan hatinya. Tapi,tentang bagaimana jika hal itu juga terjadi padaku. Apa yang akan aku lakukan, lalu apa yang akan kupilih? Atau, mampukah aku berani menjatuhkan pilihan seperti yang dia lakukan?
Diam-diam aku salut pada keberaniannya menentukan sebuah pilihan. Membuatku sangsi pada diriku sendiri mampukah aku memahami cinta yang sedang kujalani saat ini.
Memang benar, Cinta dan luka memang tak akan pernah selesai jika hanya dibicarakan atau dideskripsikan dalam sebuah forum atau blog. Cinta dan luka itu akan terus terurai tanpa batas, bahkan pada hal yang tak pernah terfikirkan dalam benak manusia.
Kadang aku bertanya-tanya mengapa dua kata ini terasa sangat berpengaruh pada kehidupan manusia. Banyak yang mengatakan hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga, sedangkan di sisi lain cinta terlalu sering menimbulkan luka. Lalu spesifikasi taman tak berbunga seperti apa yang dimaksud dalam ungkapan tersebut?
'Jika kau memutuskan tuk jatuh cinta, maka bersiaplah dengan konsekuensi luka'
Sering juga kudengar ungkapan semacam ini, dan realitanya masih banyak orang di sekitarku memilih tuk tetap jatuh cinta, termasuk juga -aku- salah satunya. Lalu diam-diam aku mulai merasa bahwa ungkapan itu juga ada benarnya. Memang saat kita memilih tuk jatuh cinta, berarti kita telah menjatuhkan sebuah pilihan di mana pada pilihan itu selalu ada konsekuensi yang harus kita hadapi, yaitu luka. Ini seperti sesuatu yang saling berhubungan dan terus berhubungan.
'Cinta malah menjadi jalan termulus menuju nafsu kemaksiatan'
Lalu secara tiba-tiba aku terhenyak pada pernyataan yang satu ini. Pernyataan demikian sudah tak asing terdengar, biasanya hal demikian kerap diucapkan oleh orang-orang tua dalam menyikapi cara anak muda memaknai arti cinta sebenarnya. Kadang kupikir banyak kebenaran dari ungkapan tersebut. Pada jaman ini, sudah banyak sekali anak usia remaja yang salah paham dalam memaknai cinta. Banyak dari mereka menggunakan status yang biasa disebut 'pacaran' dalam mengikat rasa cinta di antara mereka. Lalu, dengan status tersebut mereka menganggap hubungan mereka telah tak berbeda jauh dengan hubungan suami-isteri. Melakukan hal di luar batas kewajaran dan menghilangkan pembatas antara yang halal dan yang haram.
Jika demikian, kurasa amat sulit memaknai arti cinta yang sebenarnya.
'Cinta sebelum menikah akan mendatangkan rasa bosan, tapi cinta setelah menikah akan tumbuh terus tanpa rasa bosan'
Dalam kutipan yang pernah kubaca di salah satu website ini, aku menangkap dua pertanyaan yang maknanya saling bertolak belakang.
Pernah pada suatu waktu, seorang teman bercerita padaku tentang kekasih yang telah lebih dari setahun bersamanya. Namun, saat itu dia datang berkata bahwa dirinya merasa bosan dan jenuh dengan cintanya. Aku bingung pada pernyataannya, kenapa cinta telah terjalin dalam waktu yang begitu lama begitu mudahnya menimbulkan rasa bosan?
Lalu, setelah berkata demikian, temanku tadi melanjutkan ceritanya bahwa dia sedang jatuh cinta pada orang lain. Ini yang membuatku lebih terkejut lagi. Dan puncaknya, dia berkata bahwa dia jatuh cinta pada orang yang juga tahu bahwa dirinya telah memiliki seorang yang berstatus sebagai 'pacar'nya. Dia bilang bahwa mereka saling mencintai, bahkan dia juga bercerita bahwa dia akan segera memutuskan kekasihnya. Aku benar-benar dibuat terperangah olehnya, bukan tentang ketegaan hatinya. Tapi,tentang bagaimana jika hal itu juga terjadi padaku. Apa yang akan aku lakukan, lalu apa yang akan kupilih? Atau, mampukah aku berani menjatuhkan pilihan seperti yang dia lakukan?
Diam-diam aku salut pada keberaniannya menentukan sebuah pilihan. Membuatku sangsi pada diriku sendiri mampukah aku memahami cinta yang sedang kujalani saat ini.
Memang benar, Cinta dan luka memang tak akan pernah selesai jika hanya dibicarakan atau dideskripsikan dalam sebuah forum atau blog. Cinta dan luka itu akan terus terurai tanpa batas, bahkan pada hal yang tak pernah terfikirkan dalam benak manusia.
Komentar
Posting Komentar