Langsung ke konten utama

Coretan Indah Tanpa Judul

Ooooo, harapanmu membuatku ingin
segera kembali, 
hmmmm. Aku mendadak merasa
menjadi sesuatu yang indah, 
entah apa personifikasinya

 Niatku menggebu-gebu ingin melihatmu. Tapi percayalah, jika belum kembali, anganku tersenyum menontonmu membacakan sajakku. Tapi bukan itu yang aku harapkan, harapan mutlakku adalah angan dan tubuhku bersama-sama menontonmu...
Aku tidak bisa melihat senyumnya bulan, 
mungkin tersangkut di bibirmu 
dan disimpan senyummu...
 Sejauh apapun aku melambung, sejauh itu jangkauanmu, kamu tak akan kesulitan menggapaiku...
Ah, pemuji ?? jangan !!!
aku tidak suka pujian, sungguh
Aku lebih suka menjadi biasa saja,
membaur dengan siapapun, 
pujian membuatku takut...
Aku takut karena pujian itu,
aku tidak bisa melihat lagi aku berasal dari tanah yang mana...
 'Karena kita sama-sama terluka, maukah kita saling menyembuhkan dengan maaf ?'
20 Oktober 2015
 

Malam sunyi dia mengetuk pintuku
yang dia suguhkan hanya tulisan...
Tulisan-tulisan memabukkan
Kami bercerita banyak hal
dia tentang dirinya dan aku tentang diriku

Kami habiskan semalam suntuk dengan bercerita
lewatkan waktu istirahat dengan cerita, cerita, dan ceritaa
dengan kata, kata, dan kata..

'Kuterpikat pada tuturmu,
aku tersihir jiwamu,
terkagum pada pandangmu, 
caramu melihat dunia'

Aku jatuh hati
Karna itu kuabadikan di sini..
Bukan sebagai puisi,
Melainkan hanya sebagai coretan yang tak akan pernah
membuatku lupa pada kata-kata yang kau tulis
yang sejujurnya membuatku melambung, jauh, mabuk
menarikan lagu indah yang ada dalam hati...

    

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENEBUSAN LUKA

Agni sedang di dapur, memotong sayuran yang akan ia masak untuk makan malam. Memasak pada sore hari,   setelah menidurkan putrinya adalah satu-satunya kegiatan yang menyenangkan. Tenang, sembari menyelami dirinya sendiri, dan merenungkan peristiwa-peristiwa yang sering kali terjadi dalam keluarga kecilnya. Bagi Agni, memasak adalah waktu baginya untuk kembali merasakan dirinya sendiri. Tak jarang ia memasak sembari tersenyum geli mengingat tingkah lucu Dinar, tersipu malu mengingat malam yang panas dengan suaminya, atau menangis karena mengingat   scene  sedih dari film yang semalam ia tonton. Seperti sore ini, ia memasak sambil menangis, dari belakang terlihat punggungnya begitu keras bergetar, menahan agar tangisnya tak menimbulkan suara. Agni menangis, bukan lantaran mengingat   scene  sedih sebuah film. Ia menangis, sebab sudah tiga hari ini suaminya belum pulang, tanpa meninggalkan kabar atau semacamnya. Firasatnya buruk, sangat buruk. Bayangan suaminya yang menepis pelukannya di

Kumohon

Malam ini kuhabiskan malam mingguku dengan duduk merenung di pojok tempat tidur kosku yang sempit, sambil tertunduk kupandangi potretmu di ponselku, kian membuat hatiku terhimpit rindu. Kau dalam pose rebahan dan berbantal pada lenganmu sendiri, dengan senyum terbaik kau meluluhlantakkan hati dan perasaanku. Kenapa kau tersenyum, Kasih? Apa kau mengejekku yang dengan mudahnya jatuh cinta padamu? Apa kau menertawaiku secara diam-diam karena setiap malam kukirim kata rindu yang tak pernah kauhiraukan? Aku sungguh merindukanmu, Kasih. Apa kau tahu? Malam ini aku menangis. Menangisimu yang terus bersikap seolah tak mempedulikanku. Seolah kau sengaja menjauh dariku dengan menciptakan jarak yang sedikit demi sedikit membuatku menderita karena menahan kerinduan konyol yang tak kunjung mendapatkan jawaban. Kucium fotomu dalam-dalam lalu kubisikkan kata “Jangan pergi menjauh, karena kini aku telah datang mendekat.” Apa kau mengerti maksudnya? Kau ingat, Kasih? Dulu kau masuk dalam k

When I Miss You

Sabtu, 02 Desember 2015 19.30 Famy, gadis cantik 20 tahun itu terlihat memasuki salah satu kedai kopi paling laris di Bandung yang menjadi saksi cintanya. Saksi susah senangnya, saksi saat cintanya dimulai dan saksi pula saat cintanya berakhir kandas dengan begitu menyedihkan dua tahun yang lalu. Pahitnya kenangan berkombinasi dengan manisnya secangkir capucino selalu menjadi teman setianya mengenang cinta yang tak mungkin dapat ia harapkan lagi. Dua tahun ternyata bukan waktu yang cukup untuk dapat membuat Famy melupakan cinta pertamanya yang bahkan telah hampir terikat sebuah tali pertunangan. Kisah cinta yang telah berjalan tiga tahun lamanya harus berakhir dengan sangat menyedihkan. Oh tidak, lebih tepatnya Famy sendiri yang merasakan kesedihan itu. Nanti pasti kau sesali keputusan dirimu meninggalkan aku Lagu Fredy yang berjudul Nanti mengalun seakan menyambut kedatangan Famy di kedai kopi tersebut. Lagu yang sekali lagi mengikatnya untuk tetap mengenang kebersama