Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Kumohon

Malam ini kuhabiskan malam mingguku dengan duduk merenung di pojok tempat tidur kosku yang sempit, sambil tertunduk kupandangi potretmu di ponselku, kian membuat hatiku terhimpit rindu. Kau dalam pose rebahan dan berbantal pada lenganmu sendiri, dengan senyum terbaik kau meluluhlantakkan hati dan perasaanku. Kenapa kau tersenyum, Kasih? Apa kau mengejekku yang dengan mudahnya jatuh cinta padamu? Apa kau menertawaiku secara diam-diam karena setiap malam kukirim kata rindu yang tak pernah kauhiraukan? Aku sungguh merindukanmu, Kasih. Apa kau tahu? Malam ini aku menangis. Menangisimu yang terus bersikap seolah tak mempedulikanku. Seolah kau sengaja menjauh dariku dengan menciptakan jarak yang sedikit demi sedikit membuatku menderita karena menahan kerinduan konyol yang tak kunjung mendapatkan jawaban. Kucium fotomu dalam-dalam lalu kubisikkan kata “Jangan pergi menjauh, karena kini aku telah datang mendekat.” Apa kau mengerti maksudnya? Kau ingat, Kasih? Dulu kau masuk dalam k

When I Miss You

Sabtu, 02 Desember 2015 19.30 Famy, gadis cantik 20 tahun itu terlihat memasuki salah satu kedai kopi paling laris di Bandung yang menjadi saksi cintanya. Saksi susah senangnya, saksi saat cintanya dimulai dan saksi pula saat cintanya berakhir kandas dengan begitu menyedihkan dua tahun yang lalu. Pahitnya kenangan berkombinasi dengan manisnya secangkir capucino selalu menjadi teman setianya mengenang cinta yang tak mungkin dapat ia harapkan lagi. Dua tahun ternyata bukan waktu yang cukup untuk dapat membuat Famy melupakan cinta pertamanya yang bahkan telah hampir terikat sebuah tali pertunangan. Kisah cinta yang telah berjalan tiga tahun lamanya harus berakhir dengan sangat menyedihkan. Oh tidak, lebih tepatnya Famy sendiri yang merasakan kesedihan itu. Nanti pasti kau sesali keputusan dirimu meninggalkan aku Lagu Fredy yang berjudul Nanti mengalun seakan menyambut kedatangan Famy di kedai kopi tersebut. Lagu yang sekali lagi mengikatnya untuk tetap mengenang kebersama

Menunggumu

Sudah sejak satu jam yang lalu aku menunggunya di sini, di stasiun kota Jember ditemani langit senja yang kian turun ke kaki bumi. Aku masih tetap menunggunya, di sini. Di kursi yang sama saat aku melepas kepergiannya empat tahun lalu, di kursi yang sama saat dia mengucap janji bahwa dia akan kembali tahun ini, dan sekarang di sinilah aku, duduk termangu menunggunya. Sebenarnya ini sudah sebulan lewat dari yang dia janjikan, dan aku telah sebulan penuh setiap sore mengunjungi stasiun kereta api ini. Mungkin sudah bosan juga mereka yang melihatku sebulan penuh ini menjadi pengunjung tetap stasiun, tapi persetan dengan kebosanan mereka aku tak akan pernah bosan menunggunya di sini. Meski yang ditunggu tak kunjung datang, meski senyum kupaksa keluar demi menghibur diri. Dalam hati ingin rasanya menertawakan diri sendiri, menertawakan perasaanku sendiri, menertawakan apa yang telah kulakukan. Hari telah benar-benar gelap, entah sudah berapa jam yang kulewati di sini. Saat sua

Cinta dan Luka

Cinta dan Luka... Kadang aku bertanya-tanya mengapa dua kata ini terasa sangat berpengaruh pada kehidupan manusia. Banyak yang mengatakan hidup tanpa cinta bagai taman tak berbunga, sedangkan di sisi lain cinta terlalu sering menimbulkan luka. Lalu spesifikasi taman tak berbunga seperti apa yang dimaksud dalam ungkapan tersebut? 'Jika kau memutuskan tuk jatuh cinta, maka bersiaplah dengan konsekuensi luka' Sering juga kudengar ungkapan semacam ini, dan realitanya masih banyak orang di sekitarku memilih tuk tetap jatuh cinta, termasuk juga -aku- salah satunya. Lalu diam-diam aku mulai merasa bahwa ungkapan itu juga ada benarnya. Memang saat kita memilih tuk jatuh cinta, berarti kita telah menjatuhkan sebuah pilihan di mana pada pilihan itu selalu ada konsekuensi yang harus kita hadapi, yaitu luka. Ini seperti sesuatu yang saling berhubungan dan terus berhubungan. 'Cinta malah menjadi jalan termulus menuju nafsu kemaksiatan' Lalu secara tiba-tiba aku terhenyak pada
06 November 2015 Sore ini jutaan air berjatuhan membasahi bumi mengawali musim penghujan yang telah sampai pada musimnya. Aku sangat bahagia dapat kembali merasakan suasana yang telah kunantikan enam bulan terakhir ini. Sore ini bersama seorang teman, aku menikmati guyuran hujan di bawah langit kota jember. Kami tertawa bersama hujan, berlarian bersama hujan, menari bersama hujan, melompat bersama hujan, kami juga bernyanyi bersama hujan. Kurasa dengan begitu hujan akan sangat bahagia disambut oleh dua anak manusia pengagumnya. Sesekali kurentangkan tanganku, kutengadahkan wajahku ke atas langit, kupejamkan mataku menikmati setiap butir air hujan yang jatuh mengenai tubuh kecilku. Aku sedang menyampaikan pesan bahwa aku bahagia pesan rinduku tlah terjawab karna kini aku tlah bertemu dengannya-hujan- Satu hal lagi yang membuatku begitu bahagia atas datangnya musim penghujan, bahwa aku tak kan kesepian lagi. Bahwa akan ada teman baru yang akan mengusir kesepianku. Bahwa aku akan puny

Shit

Gelap,.. yang kulihat hanya gelap saat aku mencoba mencerna cintamu Oh, tidak. Aku tak dapat melihat apapun saat gelap dan sama, aku tak dapat melihat apapun tentang cintamu semuanya hanya membuatku lelah aku lelah memaknai aku lelah jadi perasa namun percayalah, untuk menuntut pun aku tak punya hak aku hanya punya cinta cinta yang tak pernah akan sempurna karna cintaku tlah kuduakan...

coretan

                Kadang aku merasa sangsi pada kata cinta yang sering kau kirimkan lewat pesan singkat. Alasan pertama kesangsianku adalah, aku tak dapat melihat bagaimana ekspresimu saat menulis pesan singkat itu, dan alasan keduanya adalah, kau tak pernah mengucapkannya ketika kita bertemu dan menghabiskan waktu yang tak pernah lebih dari satu jam untuk bersama. Selain sangsi aku juga sering merasa canggung pada pertemuan kita, mungkin karena perkenalan kita yang masih terlalu singkat saat akhirnya kita memvonis hati kita saling mencintai.                 Aku tak pernah menyesalinya, karena aku memang telah jauh jatuh dalam cintamu, meski terkadang aku takut hanya aku yang terlalu perasa. Namun, selagi ketakutan itu membuatku bahagia, aku akan selalu menerimanya sebagai hadiah terindah dalam hidupku.                 Aku sedang menatap lamat langit malam dan tiba-tiba bayanganmu melintas membawaku pada kenangan awal perkenalan kita, malam 20 Oktober tepatnya. Malam itu aku jug

Oktober dan September

Aku tak ingin kita cuma saling mencintai tanpa saling mengisi dengan sesuatu yang penting dan bermanfaat Senyummu : 'Senyummu mencairkan es yang beku, memadamkan api yang membara, menenangkan ombak yang bergejolak, menghentikan angin yang ribut, mendamaikan jiwa yang gelisah' Kopi : 'Dari segelas kopi dan tatapanmu yang hati-hati percakapan kita terjadi,melahirkan aroma yang memberantakkan seluruh jagad sukmaku' Aku heran mengapa cinta begitu cepat? Tapi aku percaya cinta tak butuh waktu untuk datang. Aku percaya pada takdir di belakang yang menginginkan kita berkenalan sehingga aku berani diperkenalkan dan mereka memilih namamu

Apa Oktober Sedang Jatuh Cinta ?

'Perasaan tak punya dimensi waktu, ia bisa secepat petir bila cinta menemukan tempat di hati. Sampai sekarang aku percaya cinta tidak bisa dicari, tapi menemukandirinya sendiri di hati manusia. Ia tiba-tiba menyerang lewat mata atau bahkan setelah melewati percakapan yang melelahkan baru dia hadir. Cinta akan menemukan dirinya sendiri tanpa diprediksi...' Jujur, entah mengapa, dan tanpa paksaan dari apapun, ada yang tertinggal di hatiku setelah melewati perkenalan kita yang singkat. Yang ditinggalkan di hatiku itu mendorongku untuk mencari maknanya lewat pertemuan. Benar, Ia sekarang bahagia setelah melintasi senyummu lewat mataku 'Jujur sekali lagi : aku mencintaimu' Kita bisa sedekat apapun, dan kita tak perlu repot-repot menamai kedekatan kita dengan vonis bahasa khusus yang membatasi dan membebani kedekatan kita 22 Oktober 2015

Coretan Indah Tanpa Judul

Ooooo, harapanmu membuatku ingin segera kem bali,  hmmmm. Aku mendadak merasa menjadi sesuatu yang indah,  entah apa personifikasinya   Niatku menggebu-gebu ingin melihatmu . Tapi percayalah, jika belum kembali, anganku tersenyum menontonmu membacakan sajakku. Tapi bukan itu yang aku harapkan, harapan mutlakku adalah angan dan tubuhku bersama-sama menontonmu... Aku tidak bisa melihat senyumnya bulan,  mungkin tersangkut di bibirmu  dan disimpan senyummu...  Sejauh apapun aku melambung, sejauh itu jangkauanmu, kamu tak akan kesulitan menggapaiku... Ah, pemuji ?? jangan !!! aku tidak suka pujian, sungguh Aku lebih suka menjadi biasa saja, membaur dengan siapapun,  pujian membuatku takut... Aku takut karena pujian itu, aku tidak bisa melihat lagi aku berasal dari tanah yang mana...  'Karena kita sama-sama terluka, maukah kita saling menyembuhkan dengan maaf ?' 20 Oktober 2015   Malam sunyi dia mengetuk pintuku yang dia suguhkan hanya tulisan... Tulisa